Menyapih dengan Cinta

Katanya, momen patah hati pertama seorang anak dalam hidupnya adalah saat Ia disapih. Setelah dua tahun penuh Ia terbiasa mendapatkan ASI, kenyamanan, ketenangan, dan kehangatan saat menyusu pada Ibu, kini Ia harus melepaskan semuanya saat disapih.

Cemas, bingung, merasa tidak aman, kalut, dan sedih. Mungkin itulah beberapa emosi yang dirasakan anak saat ia disapih. Karena menyusui bukan hanya soal memenuhi nutrisi anak. Proses menyusui membangun ikatan batin antara ibu dan anak, memberikan rasa nyaman, aman, tenang, dan hangat bagi anak, dan membuat tubuh Ibu melepaskan hormon oksitosin dan jadi bikin lebih bahagia.

Sebagai seorang Ibu, membayangkan saat menyapih tiba dan anak kita harus merasakan emosi-emosi di atas aja pasti udah bikin mewek duluan.

Setidaknya, itulah yang saya rasakan. Waktu Zyan baru berusia 18 bulan, saya suka sedih dan nangis sendiri kalo bayangin masa-masa menyapih. Padahal masih 6 bulan lagi disapihnya. Selain sedih karena harus menyaksikan anak mengalami momen patah hati pertamanya, juga sedih karena saya pun merasa bakal patah hati.

Sekarang setelah berhasil menyapih, kalau diinget-inget gimana rasanya waktu menyapih, ternyata jauuuuuh lebih sedih menyapih dibanding sedih gara-gara diputusin pacar atau patah hati gara-gara gebetan ternyata punya pacar. Huhuhu

Saya selalu mikir, nanti kalau udah nggak menyusui, nggak akan ada lagi momen intim sayang-sayangan berdua Zyan. Nggak ada lagi momen tatap-tatapan mata dari jarak super dekat, terus akhirnya senyum bareng. Nggak ada lagi momen menyusu sambil akrobat, nggak ada lagi cerita puting lecet gara-gara Zyan gemes dan gigitin puting (yang ini agak complicated sih rasanya, antara lega dan sedih juga. Hahaha).

Menyusui bukan hanya tentang memenuhi nutrisi anak. Proses menyusui membangun ikatan batin antara ibu dan anak, memberikan rasa nyaman, aman, tenang, dan hangat bagi anak, dan membuat Ibu lebih bahagia.

Karena masa-masa menyusui ini sangat berarti buat kami berdua, dan jika memang harus berakhir, maka saya ingin mengakhirinya dengan indah. Kayak lagu Jikustik yang gini nih

“Ketika selamanya pun harus berakhir
Akhirilah ini dengan indah~
Kau harus relakan setiap kepingan
Waktu dan kenangan~~”

Tau lagu itu nggak? Tau? Wah tua ya kita. 🤣🤣🤣

Jadi, upaya apa aja yang saya lakukan untuk mengakhiri masa menyusui dengan indah?

#Berdoa

Bagi saya ini penting banget sih. Berdoa sama Tuhan, minta diberi kesabaran yang buanyaaak, diberi petunjuk, diberi kemudahan, diberi kekuatan fisik dan mental. Minta supaya kita diberi keikhlasan untuk menyapih. Minta supaya anak kita juga diberi keikhlasan untuk disapih. Tapi soal berdoa ini benar-benar ranah privat yaa, jadi menurut keyakinan masing-masing aja. 😁

# Siapkan mental dan tata hati kita dulu

Sependek pengalaman saya sebagai Ibu bau kencur yang baru menyapih sekali, hal paling penting yang harus disiapkan sebelum menyapih anak adalah mental, dan hati kita. Ibunya harus siap dulu, harus ikhlas dulu. Kalo kita belum siap mental, belum ikhlas, proses menyapih akan jadi berat dan sulit. Buat ibunya dan juga anaknya.

Karena kalau kita belum sepenuhnya siap dan ikhlas menyapih, kemudian di tengah masa-masa menyapih kita goyah dan nggak konsisten, proses menyapih bisa gagal dan kita harus mulai dari awal lagi. Biasanya anak yang udah pernah dipisahkan dari nenen juga akan lebih posesif.

Jadi nggak papa kalo kita belum siap menyapih pas anak usia dua tahun teng!. Kan anjuran menyusui itu setidaknya dua tahun, kalo lebih ya nggak apa-apa. Asal jangan kebablasan sampe bertahun-tahun sih. Repot nanti kalau anak udah sekolah TK tapi masih nenen. 😅

Saya sendiri baru niat mulai menyapih Zyan dua minggu setelah ulang tahunnya yang kedua. Selain karena menyiapkan mental dan hati, juga nungguin suami selesai deadline, karena saya butuh bantuan dia. Kalau malem-malem Zyan kebangun, terus rewel dan minta nenen, maka dia yang bertugas menenangkan Zyan, sementara saya harus ngumpet jauh-jauh. Begitulah skenario awalnya.

#Sounding

Saya udah mulai sounding Zyan soal urusan sapih-menyapih ini dari dia usia 18 bulan. “Zyan, nanti kalau Zyan udah dua tahun, nenennya udahan yaa. Zyan kan giginya udah banyak, udah bisa makan macem-macem, jadi nggak perlu nenen lagi.” Kira-kira begitulah kalimatnya.

Awalnya sih dia santai-santai aja. Tapi makin mendekati usia 2 tahun kok setiap habis disounding malah jadi makin posesif sama nenen. Dikit-dikit minta nenen, baru main 10 menit udah minta nenen. Tidur malem nenennya jadi lama banget nggak mau dilepas. Sampe puting saya lecet dan badan pegel-pegel. Bangun tidur bukannya fresh malah berasa capeeek banget.

Akhirnya saya berhenti sounding dia. Saya biarin dia menyusu sepuasnya, kapan pun dia minta. Pernah tuh dia seharian bener-bener posesif banget minta nenen tiap setengah jam sekali mungkin. Capek nggak? Capeeeek. Banget! Kerjaan rumah terbengkalai karena harus bolak-balik nyusuin. Bahkan kadang ngerjain kerjaan rumah sambil nggendong bocah yang lagi nyusu.

Clingy maksimal

Tapi lagi-lagi saya ingetin diri sendiri, nikmatin aja masa-masa menyusui Zyan, mumpung belum dua tahun. Mumpung masih bisa. Dia nggak akan selamanya menyusu. Suatu saat ketika Zyan sudah nggak menyusu lagi, saya bakal kangen banget sama momen-momen menyusui.

Nah, sebulan menjelang ulang tahun kedua Zyan, saya mulai sounding lagi. Tapi nggak sesering sebelumnya. Paling sehari sekali, itu juga nggak setiap hari. Karena waktu itu saya juga udah mulai galau. Sedih banget karena masa menyusui tinggal sebulan lagi. Seminggu sebelum dia berusia dua tahun dan seminggu setelahnya, saya makin intens sounding dia. Kali ini juga dibantu suami.

# Minta dukungan dari support system

Dukungan dari support system saat menyapih itu penting banget ya bund. Biar kita nggak kewalahan dan bisa tetap waras. Dukungan bisa dari suami, orangtua atau mertua (ini kalau tinggal serumah yaa). Bentuk dukungannya bisa macem-macem, misalnya nggantiin kita ngelonin anak. Soalnya kalo kita yang ngelonin, pastilah si bocah minta nenen. Atau ngajakin main anak biar dia lupa kalo lagi disapih. Bantuin nenangin anak kalo lagi tantrum minta nenen. Bisa juga nguat-nguatin Ibu kalo udah nangis-nangis mau nyerah aja karena capek dan nggak tega sama anak.

# Kasih anak alasan logis kenapa dia harus berhenti nenen

Saya sempat disarankan oleh ibu-ibu tetangga untuk ngolesin brotowali ke puting dan sekelilingnya biar Zyan mau berhenti nenen. Tapi saya nggak tega, dan nggak mau Zyan punya kenangan buruk tentang nenen. Saya maunya Zyan rela melepas nenen karena dia tau alasan yang bisa diterima akalnya kenapa dia harus berhenti nenen. Bukan karena nenen kesayangannya tiba-tiba jadi pahit dan nggak enak.

Akhirnya saya bilang, “Zyan giginya udah banyak, kalau Zyan nenen, nenen Mama sakit. Kalau haus, Zyan minum air putih atau minum susu dari gelas aja yaa. Kalau lapar, Zyan makan nasi atau biskuit yaa, kan giginya udah banyak, udah bisa makan macem-macem.”

Saya juga bilang, “Walaupun nggak nenen, Mama tetap sayang sama Zyan. Kamu mau mama peluk? Bobonya sambil Mama peluk dan Mama nyanyiin lagu Sunshine yuk!”

Malam itu, dua hari sebelum tanggal yang saya tentukan untuk mulai menyapih Zyan, sewaktu kami bertiga lagi kruntelan di kasur sebelum tidur, tiba-tiba Zyan bilang gini, “Zyan nenennya udahan yaa, soalnya nenennya sakit. Zyan bobo sama Ayah aja.”

Waktu itu saya dan suami nanggepinnya santai aja sih, soalnya Zyan emang sering ngulang-ngulang kalimat yang sering kami sounding ke dia. Kirain ya kayak biasa, dia cuma iseng ngomong kalimat sounding.

Tapi ternyata malam itu dia berusaha tidur tanpa minta nenen. Saya dan suami kaget. Tapi sepakat ngikutin aja gimana maunya Zyan. Malam itu dia memilih berbaring memunggungi saya, menghadap ke ayahnya. Beberapa kali dia berbalik ke arah saya, menatap beberapa saat, berusaha menahan dirinya sekuat tenaga untuk nggak minta nenen. Sampai akhirnya dia berhasil tidur sendiri tanpa nenen. Malam itu, saya yang nangis habis-habisan. Sedih banget. Saya nulis ini sekarang aja sambil mewek lagi gara-gara keinget waktu itu. 😢

Malemnya, Zyan kebangun dan nyari nenen. Dia memang biasa kebangun sekitar jam 2 atau jam 3 dini hari untuk nenen. Saya bilang, “Zyan nggak usah nenen yaa, Mama tepuk-tepuk aja.”

Terus dia bilang, “Zyan mau bobo sama Mama,” udah sambil mimbik-mimbik sedih gitu bibirnya.

Mimbik-mimbik tu begini lho bund, siapa tau ada yang nggak mudheng.

“Iya, Zyan bobo sama Mama, tapi nggak nenen yaa,” saya jawab pelan sambil nahan nangis juga.

“Zyan mau bobo sama Mama, mau nenen sama Mama,” akhirnya tangis yang dia tahan-tahan meledak juga. Tangisannya saat itu bukan kayak tangisan tantrum yang meraung-raung. Tapi tangisan lirih yang pediiih banget.

Akhirnya tangisan saya pecah juga. Saya jawab, “Iya, malam ini Zyan boleh nenen. Tapi malam ini aja yaa, besok malam kalo kebangun lagi, Zyan minum air putih aja yaa.”

Dia langsung berhenti nangis, senyum lebaaar banget, dan kemudian menyusu dengan semangat. Kami saling bertatapan mata selama dia menyusu. Saya nggak akan pernah lupa tatapan mata Zyan yang berbinar bahagia saat dia menyusu kala itu. Saat itu, adalah momen terakhir saya menyusui Zyan.

Keesokan harinya, saya ajak dia jalan-jalan keliling lingkungan rumah dengan berjalan kaki. Sampai rumah saya ajak main yang seru-seru dan saya benar-benar hanya fokus ke Zyan. Nggak beberes rumah. Nggak masak. Benar-benar mindful dan hadir seutuhnya di momen itu sama Zyan.

Memasuki jam tidur siang, saya ajak dia ke kamar, baca buku, guling-guling di kasur, ndusel-ndusel, nyanyi-nyanyi. Dia sempet nangis lirih lagi, tapi nggak minta nenen.

Akhirnya saya bilang, “Kamu sedih sekali ya soalnya pengin nenen tapi nggak bisa?” Eh, malah makin kenceng dong nangisnya.

“Nggak papa kalau kamu sedih dan nangis. Nangis aja yang banyak sampai kamu lega dan sedihnya tinggal sedikit. Mama temenin kamu ya, kalau kamu mau, kamu bisa peluk Mama.”

Dia meluk saya. Kami berpelukan sambil dia masih nangis sesenggukan. Dan dia berhasil tidur siang tanpa nenen. Saya bangga sekali sama dia. ☺

Setelah itu nggak ada drama yang berarti lagi sih. Zyan udah nggak nangis-nangis lagi. Kadang lupa hampir minta, tapi baru bilang “Nen… ” dia inget terus nyengir-nyengir sendiri. 😄

# Ciptakan rutinitas baru sebelum tidur

Biasanya saat disapih dan beberapa saat setelah disapih, anak terlihat kebingungan dan kesulitan untuk tidur. Itu karena ada rutinitas penting yang hilang sebelum dia tidur. Sebelum disapih, dia bisa merasa tenang, nyaman, dan hangat dengan menyusu pada Ibu. Tapi setelah disapih, jadi nggak bisa lagi, gimana dong?

Kita bisa membantu mereka menemukan kenyamanan dan ketenangan dari aktivitas lain sebagai subtitusi nenen. Bisa dengan membaca buku, nyanyi, memeluk boneka, dll. Kalau Zyan, dia memilih untuk ndusel-ndusel dan minta dinyanyiin lagu You’re My Sunshine.

Lagu ini emang jadi lagu penenang dia, mungkin karena dari dia di dalem perut, saya suka nyanyiin lagu ini sambil elus-elus perut. Bahkan waktu malam pertama dia di dunia, di kamar rawat rumah sakit, saya juga nyanyiin lagu ini untuk nenangin dia yang nangis minta nenen tapi ASI saya belum keluar.

Awal-awal setelah disapih, Zyan tidur malam selalu di atas jam 11. Padahal biasanya jam 8 juga udah tidur. Nggak apa-apa, ikutin aja dulu maunya dia gimana, sambil ditawarkan kegiatan yang bisa bantu dia lebih rileks dan ngantuk. Nanti lama-lama anak akan semakin mahir menidurkan dirinya sendiri, kok.

Dua bulan setelah disapih: Tidur di mana aja juga bisa dan dengan posisi yang ajaib. 🤣

Begitulah perjalanan saya mengakhiri masa menyusui Zyan. Sekarang anaknya udah biasa aja sama nenen. Kadang suka iseng bukain resleting daster saya dan berseru, “Nenen!” Tapi yaudah gitu doang terus ditutup lagi. Proses menyapih yang saya lakukan juga nggak berpengaruh sama attachment Zyan ke saya.

Perjalanan menyapih tiap orang pasti berbeda-beda. Masing-masing Ibu memiliki hak penuh untuk menentukan bagaimana ia akan menyapih anaknya. Tak perlu bersikap judgemental, hormati pilihan orang lain, dan fokus aja sama anak kita sendiri. Saya menulis tulisan ini juga sepenuhnya hanya ingin berbagi pengalaman, karena siapa tau ada yang sedang butuh informasi tentang sapih-menyapih.

Saya nggak menjamin cara-cara yang saya lakukan di atas pasti akan berhasil juga di ibu-ibu lain, karena tiap anak kan beda-beda.

Karena katanya disapih merupakan momen patah hati pertama seorang anak, saya berusaha melakukannya ke Zyan dengan sepenuh cinta dan selembut mungkin, agar hatinya nggak usah sampai patah, cukup retak sedikiiiiit aja dan bisa segera pulih seperti semula.


2 thoughts on “Menyapih dengan Cinta

  1. Awalnya kupikir cuma aku yang baperan,ternyata emang normal ya…wkwkwk.semua ibu merasakan galau luar biasa saat nyapih huhuhh

    Like

Leave a comment